Artikel praktikum DPKP oleh Cordius Satya J



RESUME JURNAL

Analisis Tingkat Keberhasilan Penyuluhan Pertanian di Desa Tubajeng dan Desa Limbung
Oleh: Cordius Satya Jendra
17/409538/PN/14926



            Di era informasi ini, keberadaan dan kebutuhan informasi sangatlah besar. Karena jumlah informasi yang terlalu besar dan saling bercampur antara informasi yang satu dengan yang lain. Validitas suatu informasi tersebut juga masih dipertanyakan sehingga membuat masyarakat bingung, terutama kalangan masyarakat yang belum mampu memanfaatkan teknologi informasi secara maksimal seperti petani – petani yang sudah berusia lanjut. Oleh karena itu, keberadaan penyuluh pertanian sangatlah penting untuk memberikan informasi – informasi yang penting secara ringkas, jelas, serta terjamin validitasnya kepada petani.

Desa Tubajeng dan Desa Limbung merupakan wilayah yang didominasi oleh petani yang terletak di Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Terdapat 300 kelompok tani pada Kecamatan Bajeng dimana hanya 3 kelompok tani yaitu kelompok tani Sappaya III, Taipa Bannya I, dan Bontorita I yang diwawancarai mengenai berbagai hal yang menyangkut keberhasilan penyuluh pada daerah tersebut. Parameter yang dinilai diantaranya yaitu keberhasilan penyuluhan, kepercayaan petani terhadap penyuluh, hubungan resiprositas antara petani dengan penyuluh pertanian, serta tingkat jaringan sosial penyuluh pertanian.

Keberhasilan penyuluhan pertanian menurut hasil penelitian yang diadakan di Kecamatan Bajen, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang memcakup 3 kelompok tani menunjukkan bahwa penilaian petani terhadadap keberhasilan penyuluhan pertanian ini cukup tinggi. Dari ketiga kelompok tani tersebut dapat dilatakan bahwa semua petani menilai pelaksanaan program penyuluhan ini dalam kategori cukup tinggi hingga kategori tinggi. Selain keberhasilan penyuluhan, petani juga menilai bahwa penyuluh pertanian dapat dipercayai dan resiporitas yang tinggi. Akan tetapi jaringan sosial penyuluh dengan stakeholder bidang pertanian masih dinilai kurang baik.

Modal sosial penyuluh diukur melalui tiga aspek yaitu kepercayaan (trust),

hubungan timbal balik (reciprocity) dan jaringan (networking). Dari ketiga kelompok tani yang diteliti,  semua emuaompok tani, baik pada kelas pemula, lanjut maupun madya, seluruh petani menilai kepercayaan dengan kategori cukup tinggi hingga kategori tinggi terhadap penyuluh pertanian. Dapat dikatakan bahwa penyuluh yang berada dilokasi penelitian tersebut dapat menjalin hubungan yang baik dengan petani, layaknya hubungan kekeluargaan. Penguluh yang berada di lokasi penelitian bukan semata-mata hanya sebagai penyuluh yang hanya menypaikan informasi kepada petani, namun juga berperan sebagai teman, sehingga tercipta hubungan yang erat. Hasil yang didapatkan dari data penilitian ini dapat dikatakan bahwa rasa percaya yang terbangun antara petani dan penyuluh berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan.



Daftar Pustaka :

Munier, M.F., M. Saleh., Darmawan, S. 2018. RELASI ANTARA MODAL SOSIAL PENYULUH DAN KEBERHASILAN PENYULUHAN PERTANIAN: Kasus Desa Limbung dan Desa Tubajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 2(14).

Komentar

  1. Nilai berita:
    - Proximity: terjalin hubungan yang baik penyuluh dengan petani, layaknya hubungan kekeluargaan. Selain itu, penyuluh tidak sekedar menyampaikan informasi kepada petani, tetapi menganggap petani sebagai teman sendiri.
    - Development: terbangunnya rasa percaya antara petani dan penyuluh berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan.
    - Conflict: jaringan sosial penyuluh dengan stakeholder bidang pertanian masih dinilai kurang baik sehingga mempengaruhi keberhasilan kegiatan penyuluhan.

    Nilai penyuluhan:
    - Adanya sasaran: petani – petani yang sudah berusia lanjut di Desa Tubajeng dan Desa Limbung
    - Adanya ide: kegiatan penyuluhan pertanian yang menggunakan pendekatan interpersonal dan pendekatan kekeluargaan.

    BalasHapus

Posting Komentar