M. Gontha Bagus
16/398685/PN/14656
RESPON PETANI TERHADAP PENERAPAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN
DI KOTA AMBON PROVINSI MALUKU
The Response of Farmers to the Application of Agricultural Extension Methods in Ambon City,
Maluku Province
Risyart A. Far Far
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon 97233
Respons Petani terhadap Metode yang digunakan
dalam Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian merupakan suatu system
pendidikan diluar bangku sekolah yang cara, bahan dan
sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan
kepentingan petani (Wiriaatmadja, 1983). Sebagai
system pendidikan non formal, penyuluhan pertanian
merupakan suatu usaha untuk menimbulkan perubahan
perilaku petani seperti perubahan pengetahuan yang
lebih luas, perubahan keterampilan teknis yang lebih
baik serta perubahan sifat untuk lebih produktif sehingga
para petani dapat memperbaiki cara berusahatani agar
lebih menguntungkan. Oleh karena itu, penyuluhan
merupakan suatu pendidikan non formal, dimana
masalah pokonya adalah komunikasi antara penyuluh
dan yang disuluh, sehingga terjadi saling pengertian dan
saling mempercayai.
Penyuluhan dilakukan agar dapat membantu para
petani dalam bekerja serta mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi dan kebutuhan akan informasi sangat
diperlukan oleh petani lewat penyuluhan yang dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas. Metode penyuluhan
yang dipakai oleh penyuluh untuk menarik perhatian dan
adanya interaksi yang baik. Selain itu, untuk
mempengaruhi keaktifan mereka dalam kegiatan
penyuluhan pertanian diperlukan suatu cara
penyampaian materi yang lebih mudah dimengerti oeh
petani, agar petani dapat mengetahui cara-cara bertani
yang baik sehingga ditemui kemungkinan untuk petani
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Untuk
itulah mereka perlu menerapkan inovasi baru guna
mencapai produksi yang tinggi dan bermutu, serta
mampu memanfaatkan perkembangan dari permintaan
harga pasar untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya
(Haditomo, 1972).
Dalam hal ini ada seorang atau lebih petani
pelopor yang mampu menjadi pengerak dalam
pertemuan tersebut. Pada dasarnya pertemuan kelompok
ini juga memiliki kelemahan, dimana kelemahan itu adalah apabila pertemuan kelompok tersebut tidak ada
sama sekali petani yang menjadi pengerak, sehingga
pertemuan tersebut tidak berjalan dengan baik. Akan
tetapi, kecil kemungkinan kelemahan itu dapat terjadi,
sebab dari hasil penelitian tersebut diketahui dusun
Taeno terdapat beberapa petani mampu menjadi petani
pelopor sehingga mereka dapat membantu petugas
penyuluh dalam menyebarkan informasi menyangkut
usahatani. Hal ini membuktikan bahwa metode
pendekatan secara berkelompok lebih diminati oleh para
petani dibeberapa dusun atau desa tertentu di daerah
Maluku.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penerapan
Metode Penyuluhan Pertanian
Tidak semua masyarakat tani memiliki
kemampuan untuk menerapkan inovasi baru yang
dianjurkan didalam penyuluhan pertanian secara
langsung, sebab sifat dan karakter yang dimiliki masingmasing
petani untuk menerima hal-hal yang sifatnya
masih baru cukup berbeda sehingga perlu adanya proses
adopsi. Dalam berusahatani petani dapat mengatasi
masalah pada tanaman dengan cara mereka sendiri,
namun kadangkala cara yang mereka gunakan baik itu
menyangkut pembibitan, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit sampai pada pengolahan hasil belum
begitu sempurna. Maka diperlukan masukan-masukan
lewat penyuluhan. Selain itu, dalam rangka
pengembangan dan peningkatan hasil produksi, petani
juga perlu memperhatikan beberapa faktor lain seperti:
1. Ketersediaan sarana-sarana produksi, ketersediaan tenaga
penyuluh, ketersediaan lapangan pekerjaan.
Ketersediaan sarana-sarana produksi
Setiap penemuan inovasi baru, tentu akan
membawa konsekuensi, bagaimana menyediakan sarana
produksinya sehingga dapat diterapkan. Pada hakekatnya
penerapan inovasi baru dilaksanakan oleh para petani
yang tersebar usahanya dimana-mana.
2. Ketersediaan tenaga penyuluh
Pada dasarnya masyarakat tani memerlukan
informasi-informasi penting guna kemajuan usahataninya.
Untuk itulah para penyuluh memegang peranan
penting dalam memberikan informasi tersebut. Akan
tetapi dengan adanya keterbatasan waktu dan biaya, para
penyuluh tersebut tidak akan mungkin setiap saat
mendampingi petani untuk memastikan keberhasilan dari
inovasi tadi.
3. Ketersediaan lapangan pekerjaan
Dengan adanya penyuluhan pertanian ini,
pemikiran petani akan lebih maju sehingga petani akan
membuka lahan usahataninya lebih luas dengan
menanam berbagai macam komoditi sayuran lainnya.
Oleh sebab itu petani akan memerlukan tenaga kerja
diluar keluarga petani, sehingga dengan demikian akan
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) respons petani
terhadap metode yang digunakan dalam penyuluhan
pertanian lebih banyak menggunakan metode pendekatan
secara kelompok karena lebih efisien dan efisien dari
pada metode pendekatan perorangan dan metode
pendekatan massal; dan 2) faktor-faktor yang
berpengaruh dalam penerapan metode penyuluhan yaitu
ketersediaan sarana-sarana produksi, ketersediaan tenaga
penyuluh, dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Haditomo, S.R. 1972. Dasar-Dasar Teori Bimbingan
dan Penyuluhan. Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta.
Wiriaatmadja, S. 1983. Pokok-Pokok Penyuluhan
Pertanian. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar