Persepsi Petani terhadap Kompetensi Penyuluh
Pertanian Tanaman Pangan
di Kabupaten Aceh Utara
di Kabupaten Aceh Utara
AYIK ALFIAN NURIL HUDA
17/409574/PN/14962
Pertanian
merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Pertanian erat kaitannya dengan profesi penyuluh karena tugas seorang
penyuluh adalah membantu memberdayakan petani agar dapat meningkatkan
partisipasinya dalam usaha pertanian. Para penyuluh juga bertugas untuk mengenalkan
teknologi maupun inovasi baru dalam bidang pertanian kepada petani. Namun, kenyataannya
adopsi inovasi tersebut kurang berhasil karena produktivitas pertaniannya yang
masih relatif rendah. Hal tersebut disebabkan oleh adanya persepsi dan respon beragam
dari petani mengenai inovasi tersebut. Keadaan saat ini, tidak semua penyuluh
memiliki kuantitas dan kualitas profesional sebagai penyuluh dalam menyampaikan
inovasi baru kepada petani. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui presepsi petani di Kabupaten Aceh Utara terhadap
kompetensi penyuluh pertanian di daerah tersebut.
Penelitian kali
ini menggunakan metode survey yang dilakukan di BPP Syamtalira Aron dan BPP
Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara sebanyak 552 petani dan pengambilan sampling
sebanyak 85 responden. Survey yang dilakukan mengenai karakteristik petani (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman
berusahatani, luas lahan dan
status kepemilikan lahan) dan perespsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian (penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan media, dan penerapan metode). Pengukuran persepsi menggunakan konsep Litterer dan Skala Likert.
status kepemilikan lahan) dan perespsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian (penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan media, dan penerapan metode). Pengukuran persepsi menggunakan konsep Litterer dan Skala Likert.
Petani di
Kabupaten Aceh Utara merupakan petani pangan tradisional yang melakukan
kegiatannya secara turun temurun. Masalah utama yang dihadapi oleh petani di
Kabupaten Aceh Utara adalah keterbatasan modal. Selain itu, masalah lainnya
adalah irigasi dan kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Umur petani di wilayah penelitian
tersebut berada pada skala 40-55 tahun. Usia lebih dari 55 tahun biasanya
lamban dalam mengadopsi inovasi baru yang disampaikan oleh penyuluh dan
cenderung melalukan kegiatan petanian berdasarkan kebiasaan turun temurun
masyarakat setempat. Petani didaerah tersebut didominasi oleh lulusan SMA, Pengalaman bertani didominasi oleh pengalaman
yang diperoleh dari turun temurun keluarga mereka. Lahan di daerah tersebut
mayoritas berkategori sempit yaitu kurang dari 0,43 ha. Sebagian besar lahan di
daerah tersebut merupakan lahan milik sendiri. Kompetensi penyuluh pertanian
tanaman dalam penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan
media, dan penerapan metode, menurut persepsi petani berkategori sedang, Hubungan antara umur, tingkat pendidikan
formal, pengalaman bertani, dan luas lahan dengan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian
tanaman pangan adalah tidak
memiliki pengaruh dalam membentuk presepsi petani terhadap kopetensi penyuluh. Sedangkan
hubungan antara status kepemilikan lahan dengan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan memiliki
hubungan nyata karena semakin tinggi kepemilikan lahan maka semakin tinggi pula
persepsi petani terhadap penerapan metode yang dilakukan oleh penyuluh.
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persepsi petani terhadap
kompetensi penyuluh dalam penyusunan program dan programa, penyiapan materi,
pemilihan media, dan penerapan metode berada pada kategori sedang. Sedangkan faktor
yang berhubungan antara persepsi petani dan kompetensi penyuluh pertanian
adalah status kepemilikan lahan yang berhubungan dengan penerapan metode.
Daftar Pustaka:
Nur ‘Aini khoirun Nisa (17/409548/PN/14936)
BalasHapusKomentar yang akan saya berikan terhadap resume dari Ayik Alfian Nuril Huda diantaranya:
1. Faktor – faktor yang menentukan penyuluh :
a. Teknologi atau ide yang dilakukan oleh para penyuluh untuk dapat menaikkan produktifitas para petani di Aceh Utara ialah melalukan kegiatan petanian berdasarkan kebiasaan turun temurun masyarakat setempat. Hal ini dilakukan karena umur daripada petani di Aceh Utara sebagian besar sudah tidak mudah lagi untuk menyerap dan menerapkan inovasi. Sedangkan teknologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survey.
b. Sasaran yang diberi ide ialah petani Aceh Utara.
c. Manfaat dari penyuluhan tidak tertulis secara langsung. Dari resume ini dapat kita ketahui bahwa manfaat penyuluhan ialah menaikan produktivitas petani, membantu petani memecahkan masalah dan menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh petani di Aceh Utara. Sedangkan manfaat dari penelitian ini ialah untuk mengetahui presepsi petani di Kabupaten Aceh Utara terhadap kompetensi penyuluh pertanian di daerah tersebut.
d. Nilai pendidikannya ialah mengetahui presepsi petani terhadap penyuluh di daerah aceh Utara sehingga penyuluh dapat belajar lebih dalam lagi dalam menyusun materi dan mendekatkan diri terhadap para petani.
2. Nilai berita yang terkandung ialah :
a. Proximity, tulisan ini bersifat dekat dengan petani baik segi fisik maupun non fisik. Nilai berita ini terdapat pada survey masalah – masalah yang dihadapi oleh petani, umur petani, latar belakang pendidikan petani, metode yang digunakan untuk penyuluhan dan perpepsi petani terhadap para penyuluh.
b. Importance, tulisan ini dibutuhkan bagi petani dan para penyuluh. Tulisan ini dapat menujukan perspepsi penyuluh bagi petani, masalah – masalah para petani dan seluk beluk lainnya. Sehingga petugas penyuluh dapat lebih mengefektifkan kegiatan penyuluhan dengan progam dan materi yang sesuai bagi para petani dan dapat membantu menyelesaikan masalah petani.
c. Conflick, nilai berita yang terkandung dalam kehidupan terlihat pada kalimat adopsi inovasi dari para penyuluh kurang berhasil karena produktivitas pertaniannya yang masih relatif rendah, dan masalah – masalah yang dihadapi oleh petani seperti masalah irigasi, keterbatasan modal, lahan yang sempit, usia yang sudah tidak produktif dan kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi.